Selasa, 28 Oktober 2014

MASALAH SOSIAL RASISME


Rasisme memiliki arti suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial, terkadang dalam memandang hubungannya dengan manusia lainserasa dibatasi oleh sekat-sekat perbedaan secara fisik. Hal ini wajar karena manusia dilahirkandengan membawa gen bawaannya masing-masing. Namun apabila dari perbedaan ini sampai memunculkan prasangka, walhasil bisa mengakibatkan fungsi bermasyarakat kita menjadi terganggu. Apapun nama dan bentuk dari prasangka ini, kesemuanya bermuara pada apa yang disebut rasisme. 

Rasisme berdiri tidak hanya dalam barisan yang kuat, akan tetapi rasisme juga tertanam dalam kaum yang lemah. Jika yang kuat menindas yang lemah karena mereka memiliki basis kekuasaan maka yang lemah akan melakukan perlawanan secara diam-diam. Jadi jelaslah bahwa  rasisme ada di antara kita.

Di Indonesia masih ada pada sebagian masyarakat di Negara kita yang berperilaku rasis, meskipun tindakan rasis yang ditujukan bukan pada warna kulitnya, namun lebih kepada penghinaan terhadap daerah asal, silsilah, nama maupun status sosial.

Contoh paling sahih adalah kata “kampungan” yang sering kita dengar di sinetron televisi. Kata kampungan disini berarti penghinaan terhadap orang desa, dan dianggap tidak memiliki norma kehidupan standar perkotaan. Sebagai orang yang lahir, tumbuh, besar, dan mencari penghidupan di desa tentu saya sangat miris dan tersayat hatinya bila mendengar kata tersebut disebutkan dalam adegan sinetron. Walaupun itu hanya adegan dalam sebuah sinetron tapi pengaruh kata “kampungan” yang ditimbulkan televisi sangat luas dan bisa mempengaruhi perkembangan anak khususnya anak di pedesaan. Mereka akan berada dalam situasi minder dan tidak memiliki kepercayaan diri sehingga ‘nrimo’ saja dengan keadaan dan cap kampungan yang sudah terlanjur melekat seperti dalam adegan sinetron. Pengaruh buruk juga bisa terjadi untuk anak di perkotaan, bagaimana mereka tidak akan memiliki kepekaan terhadap sesama dan lingkungan sekitarnya karena beranggapan lebih superior dibandingkan dengan anak di pedesaan. Tentu akan seperti apa generasi mereka ketika telah dewasa.

Isu rasisme juga berdampak kepada eksklusi sosial kepada orang atau kelompok tertentu. Dimana orang atau kelompok tertentu tersebut menjadi terbatas aksesnya akibat isu rasisme. Sehingga bisa dikatakan bahwa isu rasisme hanya akan menjadi hal yang serius jikalau telah membatasi akses seseorang atau kelompok tertentu.

Faktor Penyebab Rasisme
                Budaya dan adat istiadat setiap bangsa ataupun negara berbeda beda sehingga mempengaruhi pola pikir dan pemahaman apa dan maksud sentimen ras / suku / etnis, yang pada akhirnya tentu akan mempengaruhi kultur dan paradigma penanganan dalam hukum acara. Ada negara yang menolerir pakaian sexy atau berbugil ria, tetapi ketika ada yang sekedar bersiul memuji atau menggoda, sudah dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual dan bisa dipidana.  Tentu tidak semua negara sama dalam penerapannya, kadang kadang perkosaan bisa dianggap perzinahan, bahkan ada yang lebih ekstrem dengan mengkategorikan duduk mengangkang sebagai pertanda mau mesum atau berpakaian sexy sebagai layak diperkosa sehingga kategori perbuatan juga akan berbeda hukumannya.

Kembali ke masalah rasialisme atau rasisme, sentimen akan terjadi oleh berbagai faktor dan kepentingan. Bisa saja karena faktor ketidak adilan ataupun akibat persamaan di mata hukum yang dianggap timpang, seperti yang terjadi saat kerusuhan LA puluhan tahun lalu akibat penangkapan penjahat dengan kekerasan yang sempat direkam. Bisa juga masalah kriminalitas berbungkus masalah hukum akibat pengangguran dan kesenjangan sosial seperti yang terjadi di Inggris tahun lalu, Burma dan Perancis.

Solusi Penanggulangan Permaasalahan Rasisme
            Sebagai mahasiswa saya menyarankan agar masyarakat lebih menghargai perbedaan yang ada. Perbedaan diciptakan bukan untuk saling mengucilkan satu sama lain, tetapi untuk membuat orang saling berbagi/membantu karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Mencoba untuk menerima kekurang pada diri sendiri mungkin bisa menjadi langkah awal untuk tidak besikap rasisme.

Sumber : 
http://brianbie.wordpress.com/2013/11/23/masalah-rasis-yang-tidak-pernah-hilang/
http://media.kompasiana.com/new-media/2013/01/25/rasialisme-atau-rasisme--522825.html